Blog Resmi Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam Universitas Negeri Padang

Sabtu, 27 Oktober 2012


Sumpah Pemuda versi orisinal  
Pertama
Kami poetera dan poeteri Indonesia, mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah Indonesia.
Kedoewa
Kami poetera dan poeteri Indonesia, mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia.
Ketiga
Kami poetera dan poeteri Indonesia, mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia.

Sumpah Pemuda versi Ejaan Yang Disempurnakan
Pertama
Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia. 
Kedua 
Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia. 
                                                                Ketiga
                                                                Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan,
                                                                bahasa Indonesia. 
Djakarta, 28 Oktober 1928
Saat kau berjalan di pagi hari yang tenang, mereka yang berkemeja rapi telah benar-benar siap di setiap lokal, bersabar menunggu ilmu yang sebentar lagi akan mengetuk pintu dan membawa mereka lelah berpikir hingga akhir beban sks yang ada. Tapi, tak sepatah kata ‘berhenti’ yang mereka lontarkan, bahkan tak jenuh untuk datang pada pertemuan selanjutnya dengan tiket masuk setumpuk tugas yang harus diselesaikan tepat waktu. Mereka yang akan berjalan ke gedung bernama Perpustakaan untuk kembali mendapatkan jatah 24 sks yang hanya akan di peroleh melalui IPK yang menggembirakan jika ditanya berapa. Mereka adalah kita, yang akan terus berkata “Aku tidak apa-apa” saat waktu makan terlewati hanya karena tugas yang belum akan selesai dua sampai tiga hari kedepan. Ilmu bukan untuk mempersulit hidup kita bukan ?  ilmu itu sederhana, nikmatilah. Kita yang lupa, selama masih ada kesempatan untuk dapat berbagi dengan lingkungan, perbanyaklah tersenyum dengan sesama, berilah perhatian tanda bahwa kita akan sangat memerlukan mereka di masa depan. Luangkanlah waktu untuk bersahabat. Selama kita bisa, pedulilah.
            Kemudian berbeloklah ke jalur yang lain. Kau akan melihat mereka dengan wajah penuh kesan. Bertindak penuh kebijakan dan perhitungan, bergerak hanya jika ada rencana bersama. Mereka adalah para penggerak ORMAWA, lingkaran hitam pada mata mereka adalah tanda bahwa mereka telah terlalu larut pulang ke rumah karena tuntutan rapat berbagai acara, tanda bahwa proposal yang mereka rancang semalaman belum mendapat tanda tangan atasan, persetujuan yang masih mengambang. Mereka adalah pejuang aspirasi mahasiswa, sekelompok orang yang akan sangat frontal saat berdebat, berwawasan luas dan memiliki jaringan di segala bidang. Teman, mereka adalah kita. Kita yang sibuk. Terlalu sibuk bahkan hanya untuk menelpon orang tua di rumah karena deadline yang bahkan sudah di depan mata. Terlalu sibuk untuk mengerjakan beberapa lembar tugas kuliah yang sudah mengantri untuk di jamah. Kita yang mungkin telah lalai, melupakan kewajiban yang harusnya dipenuhi. Kewajiban pengabdian akademis, bentuk tanggung jawab terhadap mereka yang menunggu penuh harap saat kita memakai jubah hitam dan toga. Keadilan dalam bersikaplah yang paling terpenting. Kita yang bergelar akitivis tentu tidak akan pernah melalaikan kewajiban utama sebelum berkoar tentang lalainya seorang pejabat saat mengerjakan tugas negara.
            Lelah kah berjalan? Maka berhentilah pada tempat dimana kau akan melihat mereka yang penuh pesona dengan segala kegiatan menyenangkan. Mereka yang benar-benar berjiwa muda, hanyut dalam nostalgia masa remaja yang hampir akan berakhir satu atau dua tahun lagi. Mereka yang mencinta. Mereka adalah kita. Kita yang hanya sibuk berurusan dengan hal-hal runyam yang bahkan tidak baik untuk kesehatan. Pergaulan yang bahkan kita ikuti, benar-benar mengubah segala pandangan sederhana. Kita yang selalu berusaha tampil menarik, mempertahankan pujian sebagai mahasiswa terkeren. Bukan itu tujuan kita saat bertarung melawan ribuan orang untuk duduk di bangku universitas. Bukan itu tujuan predikat ‘mahasiswa’ disandangkan pada kita saat ditanya siapa. Kita yang terlalu idealis untuk terjerumus dalam pergaulan yang galau. Bersemangatlah untuk hal baru yang lebih menjanjikan masa depan, tinggalkanlah mereka yang hanya bisa menggalau. Kita terlalu canggih untuk urusan sepele yang bahkan terkadang menjerat langkah untuk bertindak. Jangan biarkan diri kita terjebak lebih dalam, negara berharap banyak pada kita.
            Sekeping cerita tentang kita yang akan menjadi pandangan untuk terus berbenah dan berbenah. Kita memang harus memilih dan menjadi yang terbaik bukan lah pilihan, itu adalah harga mutlak yang Tuhan berikan saat nama kita berada diantara deretan orang-orang pilihan yang berhasil melewati jalur paling riskan setelah masa putih abu-abu. Bersyukurlah. Mahasiswa adalah lentera harapan bangsa. Para pemimpin dan penggerak masa depan negara. Kita yang akan menggantikan bapak Presiden RI berpidato di depan delegasi asing, kita yang akan menggantikan para bapak dan ibu yang bergelar Profesor untuk menjadi perancang teknologi paling canggih, kita yang akan meramaikan dunia dengan semangat perubahan yang lebih baik dan kita yang akan menjadi tua dengan bahagia karena telah berhasil menemukan nama kita sendiri pada daftar tokoh yang paling berdedikasi. Bersemangatlah, dunia butuh campur tangan kita.  


 Diah Putri Anggun
Dept. INFOKOM FMIPA UNP 2012

Kamis, 18 Oktober 2012


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgmRM-KUMmt1b7xjTkIvS8XBFm0nxdc6hqbZIUQ0n_KICqLhuVAdM-5UkYxG4wEYhiyo_a9hb9rQ5r7RaV5KvA2KDHKi00GtEb186GpqEFYPJA37gbRG4e4suJc16KejsVmnhpE3IPOzbg/s1600/HealthyForLife_logo_hires.jpgAssalamu'alaikum Wr. Wb.
Salam Sejahtera untuk kita semua.

Sudah sehatkah hidup kita?
Sudah sehatkah pakaian yang kita pakai?
Sudah sehatkah makanan yang kita makan?
Sudah sehatkah setiap aktifitas yang kita lakukan?
Sudah sehatkah rumah yang biasa kita tempati
Sudah sehatkah lingkungan kita??
Sudah sehatkah???
Sudah sehatkah???

Pertanyaan diatas sering muncul di benak kita. Maka dari itu, kami dari BEM FMIPA coba bantu menjawab semua jawaban di atas melalui acara MAESTRO (Mahasiswa Smart and Strong) berupa Talk Show dengan tema : "Kesehatan dan Lingkungan" pada tanggal 03 November 2012 di Lantai 3 FIK UNP
Tak mau kan setelah tamat kuliyah nanti kamu bawa ijazah + penyakit ( karna kamu tak mampu mnjagta kesehatan dengan baik ) dan kamu tak ikut acara ini,
dengan insert Rp 5.000,- kamu akan dapatkan
* investasi ilmu yang sangat bermanfaat bagi masa tua mu,
* snack
* pin cantik
klo mau sertifikat + 2000  

kalian juga bisa daftar ke
0852 7414 6227
atau ke 0831 6722 0352
Info Lebih Lanjut,
Hubungi: Sekretariat BEM FMIPA

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Selasa, 16 Oktober 2012

Paradigma tentang mahasiswa sangat beragam, warna mahasiswa berubah dari hitam ke putih atau sebaliknya. Warna mahasiswa tergantung pada dua kata bantu lainnya, yaitu pemerintah dan pendidikan. Pemerintah sebagai penguasa yang mampu menentukan pendidikan khususnya di Indonesia akan bagaimana dan seperti apa. Pendidikan adalah penentu lahirnya mahasiswa-mahasiswa berkualitas penerus bangsa. Mahasiswa adalah objek mentah yang akan dibentuk idealisme dan rasionalismenya untuk perubahan bangsa.

Mahasiswa adalah manusia penuh idealisme yang mampu memerangi tirani penguasa. Oleh karena itu mahasiswa adalah orang-orang yang ditakuti oleh pemerintah, suaranya dapat menggulingkan pemerintah. Namun, sepuluh tahun ke depan mahasiswa-mahasiswa itu lah yang akan menjadi bagian dari pemerintahan Indonesia. Keadaan Indonesia sepuluh tahun ke depan ada di tangan mahasiswa hari ini.
Untuk menjadi bagian dari pemerintahan Indonesia, mahasiswa butuh pendidikan yang layak, pendidikan yang mampu menggerakkan rasional mahasiswa ke arah positif demi kemajuan bangsa.  Hari ini, pendidikan di Indonesia dapat dilihat dalam dua sudut pandang. Bagi seorang pendidik atau calon pendidik, di antara mahasiswa terlihat adanya peningkatan keaktifan dan daya baca walaupun tidak significant. Namun, secara garis besar di Indonesia pendidikan terlihat mengalami penurunan. Pendidikan tidak tersebar merata, kurikulum selalu berubah tanpa ada kejelasan atau jaminan keberhasilan, hanya mencoba tanpa hasil yang nyata.
Pendidikan, sebagai salah satu faktor pembentuk mahasiswa yang berkualitas yang ada di Indonesia tergolong rendah dan tidak tersebar merata. Dana, sebagai faktor lancarnya penyebaran pendidikan dicanangkan berasal dari APBN dan APBD. Namun, kenyataannya dana itu tidak sepenuhnya digunakan untuk mencerdaskan anak bangsa. Aparat pemerintah adalah subjek yang menyalahgunakan dana pendidikan, misalnya saja BOS.
Di Indonesia, seharusnya 20% dari seratus delapan puluh trilyun rupiah bersumber dari APBN dan APBD digunakan untuk kepentingan pendidikan, tapi tingkat korupsi yang dilakukan aparat pemerintah pada dana pendidikan cukup tinggi yaitu 35% dan berakibat dua belas koma enam trilyun hilang percuma. Padahal, jika dimisalkan biaya kuliah untuk menjadi Doktor adalah dua ratus juta rupiah maka dari hasil korupsi dana pendidikan oleh aparat pemerintah sebesar dua belas koma enam trilyun rupiah sebenarnya dapat dibiayai sekitar enam puluh tiga ribu calon Doktor. Nyatanya, untuk kasus ini mahasiswa yang dulunya berfungsi sebagai penggerak perubahan sekarang tidak terlalu mengadakan aksi, sehingga minimnya reaksi yang terjadi dan pendidikan di Indonesia hanya berputar-putar pada lingkaran yang sama tanpa memperbesar diameternya.
Korupsi tidak jauh kajiannya dari pemerintah. Pemerintah di Indonesia bisa dikatakan memiliki kehidupan yang makmur. Namun makmur saja tidak cukup, kemewahan sepertinya menjadi kata penting yang harus mewarnai kehidupan pemerintah, walaupun bersumber dari penyelewengan dana. Pemerintah yang korupsi hari ini dulunya juga mahasiswa, juga merupakan penyeru dan penggerak keadilan. Kenyataanya kata-kata seruan sepuluh tahun lalu dikubur sendiri jika sudah berhadapan dengan godaan kekayaan.
Jika korupsi di Indonesia tidak terjadi, maka pendidikan akan berjalan baik dan tersebar merata. Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa korupsi berbanding terbalik dengan pendidikan. Di negara-negara yang tingkat korupsinya rendah, tingkat pendidikannya tinggi.
Sebagai mahasiswa hari ini, sebagai calon pemerintah sepuluh tahun ke depan perlu mengenyam pendidikan yang mendekati sempurna, bukan hanya pendidikan intelektual saja, tapi juga emosi dan spiritual. Mahasiswa bukan hanya dituntut unuk memiliki kecerdasan intelektual saja, kuliah dan mendapat indeks prestasi yang bagus tidak cukup untuk mengubah Indonesia ke depan. Kecerdasan emosi dan spiritual didapat dari luar ruang lingkup perkuliahan seperti organisasi dan masyarakat. Organisasi akan membentuk sikap loyal, tanggung jawab, dan kerja sama. Masyarakat menjadi lahan aplikasi dari loyalitas, tanggung jawab dan kerja sama yang dibangun mahasiswa. Jika ketiga kecerdasan berjalan seimbang maka akan didapatkan mahasiswa berkualitas yang mampu menjadi penggerak perubahan ke depan.
Jika, mahasiswa hari ini menjadi pemerintah yang komitmen dengan pembaharuan ke arah yang lebih baik maka warna mahasiswa yang semula tampak hitam akan berangsur memutih dan bersih. Namun, sebaliknya jika mahasiswa hari ini tetap melanjutkan korupsi di tingkat pemerintahan maka perubahan percuma disuarakan, warna mahasiswa yang tampak putih akan menghitam, menorehkan dan menambah noda baru di atas noda-noda lama.
 oleh:
    Winner Isnainil Khatimah
 Dept. Minat dan Kegemaran
          Badan Eksekutif Mahasiswa FMIPA ‘23
Organisasi merupakan wadah untuk menyalurkan jiwa politik dan menyampaikan aspirasi. Pada tingkat Perguruan Tinggi atau Universitas, mahasiswa dapat menyampaikan aspirasi melalui ormawa  (Organisasi Mahasiswa) yang ada di kampus. Ormawa ini mulai dari tingkat jurusan (Himpunan Mahasiswa Jurusan/HIMA), fakultas (Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas/BEMF), dan universitas (Unit Kegiatan Kemahasiswaan dan BEM Universitas ).
Ada tiga golongan mahasiswa berdasarkan keaktifannya di organisasi.
Pertama, golongan mahasiswa yang mengikuti organisasi dengan bersungguh-sungguh dan bertanggung jawab. Mereka berorganisai untuk mengaktualisasikan kebenran dengan fakta yang berjalan. Mereka inilah aktifis yang mau mengorbankan waktunya untuk kepentingan masyarakat, khususnya masyarakat kampus. Sibuk, aktif, dan bersemangat merupakan karakteristik golongan ini. Hal ini karena mereka tidak menomorduakan kuliah, dan tidak juga menomorsatukan organisasi. Dengan kata lain, golongan ini dapat membagi waktu antara kuliah dan organisasi dengan baik dan tepat.
Sebagai konsekuensi dari jalan yang dipilihnya, mereka hanya memiliki sedikit bahkan tidak ada waktu untuk bermain-main atau hang out, apalagi pacaran. Sebagaimana  yang kita ketahuai, pacaran adalah harga mutlak bagi kebanyakan mahasiswa. Namun, golongan pertama ini dapat dibilang jarang yang mempunyai pacar atau mungkin punya tapi sering “cek-cok” karena kurangnya waktu ketemuan atau kurang perhatian.
Kedua, ada mahasiswa yang hanya ikut-ikutan berkecimpung dalam dunia ormawa. Niatnya, hanya untuk mencari teman, mendapatkan sertifikat, dan ingin terkenal. Alasan inilah yang paling banyak menjadi alasan mahasiswa ikut dalam ormawa. Mereka melakukan kerja sesuai dengan yang diamanahkan, namun kinerjanya setengah-setengah.
Golongan ini dapat dibagi lagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok mahasiswa yang ikut-ikutan berorganisasi namun lebih mengutamakan kuliah dan ada juga yang baik kuliah maupun organisasinya sama-sama macet.
Mengenai pacaran, nampaknya golongan ini banyak yang mempunyai hubungan spesial dengan teman spesial. Hal ini karena memiliki waktu yang tidak terlalu terforsis di kampus.
Ketiga, golongan mahasiswa anti-organisasi. Golongan ini sama sekali tidak ingin berkecimpung dalam organisasi. Ada di antara mereka yang hanya fokus dengan urusan kuliah. Mereka memilih jalur aman, karena takut tidak dapat menghendel waktu dengan baik. Banyak diantara mereka yang mempunyai IPK sangat memuaskan, walaupun mereka juga berpacaran. Ada juga di antara mereka yang tidak begitu fokus kuliah. Waktunya banyak digunakan untuk main-main atau hang out dan pacaran. Ini tentu golongan mahasiswa yang buruk. Tidak memilih untuk berorganisasi dan tidak juga fokus kuliah.
Nah, diantaraa tiga golongan yang telah dijabarkan, kira-kira Kamu masuk golongan mana ya??. Dan kira-kira ada ga’ golongan lain menurutrmu??.

 oleh
 "Muthia Miranda Zaunit"